Syariahsaham.com, CIANJUR -- Alhamdulillah, seharian tadi saya mendapat kesempatan mengikuti acara INFEST 2017 yang digelar oleh KSEP ITB di Aula Timur ITB.
Acara ini dimaksudkan untuk lebih mensosialisasikan pasar modal di kalangan mahsiswa dan masyarakat umum. Para pembicara yang hadir di acara ini antara lain Lo Kheng Hong, Perwakilan OJK, Perwakilan BKPM, Michael Pranata dan Argha J Karokaro (founder creative-trader.com).
Pagi-pagi benar saya berangkat dari kampung. Selepas shalat Subuh langsung menuju pool travel yang berada di kota kabupaten. Mulai jalan sekitar pukul 6, tiba di Baltos jam 8. Karena ingin berolah raga, saya memutuskan untuk berjalan kaki dari pool ke lokasi acara. Ternyata lumayan juga, 1.1 km! Hehe.
Alhamdulillah, kang @AsrielDS telah menyediakan seat khusus di depan podium. Makasih kang. Sehari sebelumnya, atas fasilitas dan kemurahan hati mas @antotyas, saya dan kang Evan memesan tiket seminar ini. Saya ikut bahagia dan bangga karena mas Anto menjadi salah seorang MC di acara ini.
Sesi pertama seminar dimulai dengan pemaparan dari perwakilan Syailendra Capital, Michael Pranata. Satu hal yang saya ingat adalah insight nya mengenai saham-saham yang memiliki usaha di bidang pertambangan nikel.
Sesi pertama seminar dimulai dengan pemaparan dari perwakilan Syailendra Capital, Michael Pranata. Satu hal yang saya ingat adalah insight nya mengenai saham-saham yang memiliki usaha di bidang pertambangan nikel.
Sesi kedua menghadirkan perwakilan OJK yang lebih menyoroti maraknya investasi bodong di nasyarakat. OJK mengingatkan masyarakat agar lebih waspada dengan penawaran-penawaran yang menggiurkan berkedok investasi. Solusinya, masyarakat bisa mengadukan via OJK melalui Satgas khusus dan juga aplikasi Sikapi Uangmu.
Selanjutya, ada cofee break yang kita isi dengan bercengkerama di taman sambil mendiskusikan saham-saham yang tengah naik daun, seperti INDY dan lain-lain. Acara pun dilanjutkan dengan pemaparan dari Kepala BKPM yang menjelaskan tentang berbagai kemudahan yang diberikan pemerintah kepada para pelaku usaha baik dalam negeri maupun asing.
Pada sesi istirahat makan siang dan shalat, saya memberanikan diri menemui pak Lo Kheng Hong (selanjutnya saya sebut LKH) yang sudah hampir tiga tahun tidak pernah bertemu secara tatap muka (Baca: Awal Pertemuan dengan Lo Kheng Hong). Saya pun masuk ruang tunggu para pembicara di balik stage.
Sebelum masuk, sempat ditanya oleh seorang panitia, "Bapak siapa?".
"Asep dari Cianjur, kang," jawab saya.
Sebelum masuk, sempat ditanya oleh seorang panitia, "Bapak siapa?".
"Asep dari Cianjur, kang," jawab saya.
"Oh, Mang Amsi ya? Silakan masuk!" tanya panitia lain
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa bertemu kembali dengan pak LKH yang langsung menyapa, "Kumaha damang, Sep?". Setelah menanyakan kabar keluarga, obrolan pun dimulai dengan hangat dan penuh canda.
Di tempat itu, LKH sudah ditemani lebih dulu oleh Pak Wahyono, Kasubdit Sektor Sekunder BKPM dan mas Nurman (@nurman001), Investment Policy Analyst dari BKPM yang ternyata bergabung di room Syariahsaham juga. :)
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa bertemu kembali dengan pak LKH yang langsung menyapa, "Kumaha damang, Sep?". Setelah menanyakan kabar keluarga, obrolan pun dimulai dengan hangat dan penuh canda.
Di tempat itu, LKH sudah ditemani lebih dulu oleh Pak Wahyono, Kasubdit Sektor Sekunder BKPM dan mas Nurman (@nurman001), Investment Policy Analyst dari BKPM yang ternyata bergabung di room Syariahsaham juga. :)
Di balik stage itu, kita berdiskusi tentang perkembangan saham terkini. LKH menceritakan bagaimana ia membeli INDY di harga 100-an dan sekarang masih menyimpannya meskipun harga sudah pernah tembus di atas 2000. LKH juga menyebut saham pulp dan kertas (mohon maaf tidak syariah sahamnya) yang dibeli di bawah 1000 per lembar, dan kemarin sempat menyentuh level 4.000.
"Kalo begitu, saham yang menguntungkan Bapak tahun ini sama-sama berawalan IN ya?" canda saya.
"Benar juga ya, Sep!" timpalnya.
"Benar juga ya, Sep!" timpalnya.
Obrolan pun beranjak pada 'kekecewaannya' terhadap saham PTRO. Menurutnya, ketika perusahaan sejenis mencetak laba signifikan, PTRO malah melempem.
"Saya akan mulai melepas saham ini." tandasnya
"Wah kalo gitu siap diguyur nih, pak?" tanya saya
"Nggak lah, kita belinya perlahan, maka menjualnya pun harus perlahan" jelasnya.
"Wah kalo gitu siap diguyur nih, pak?" tanya saya
"Nggak lah, kita belinya perlahan, maka menjualnya pun harus perlahan" jelasnya.
Saat saya bertanya tentang acuan LKH dalam memilih saham, ia menyatakan bahwa laba bersih dan rasio P/E (price to earning) yang diutamakan. PER 5 kali atau di bawahnya akan menarik untuk dicermati, akan tetapi harus tetap memerhatikan faktor lain seperti manajemen dan pertumbuhan kinerja.
Kemudian LKH menanyakan perihal saham syariah. Saya pun mencoba menjelaskan tentang screening suatu emiten agar bisa masuk Daftar Efek Syariah. Mulai dari business screening sampai financial screening. LKH juga sempat menanyakan tentang bunga bank dan saham perbankan. Saya menyebutkan bahwa di Bursa Efek Indonesia baru satu saham sektor keuangan yang masuk saham syariah, yaitu PNBS.
Obrolan kita pun harus diakhiri karena sudah saatnya LKH naik panggung. Saya pun berpamitan kepada pak Wahyono dan mas Nurman untuk menyimak pemaparan dari LKH.
Seperti biasa, LKH menyampaikan paparannya dengan bukti-bukti hasil investasinya di saham Indonesia. Mulai dari bagaimana dulu dia memilih saham MBAI dan juga beberaa saham lain yang menghasilkan keuntungan berlipat.
Kembali ke Meet Lo Keng Hong Series
Sesi LKH ini diakhiri dengan tanya jawab dengan peserta seminar. Berikut adalah ringkasannya:
- Mengapa beli INDY?
- Laba perusahaan atau cashflow?
- Di mana kita bisa menilai Good Corporate Governance (GCG)?
- Rasio apa yg dipertimbangkan?
- Mengapa beli MBSS?
- Pertimbangan ekuitas berdasarkan total atau hanya pemilik induk?
Jawaban dari LKH:
- Saya punya keinginan suatu hari akan untung. Ketika harga INDY di 100an, Book Value nya di 1600
- Saya pilih laba perusahaan. Semakin besar laba, harganya akan ikut naik.
- Rajin baca koran saja. Bisa juga laporan keuangan. Laba besar mengindikasikan GCG baik
- PER rendah, juga Price to Sales
- MBSS, karena saya liat rasio BV 1400. Saya mengharapkan terjadi seperti INDY. MBSS lebih ke pengangkutan batubara. Semoga semakin banyak yg menambang, muatannya laku.
- Ekuitas pemilik induk, jangan total.
Kembali ke Meet Lo Keng Hong Series
0 Response to " Bertemu (Lagi) Lo Kheng Hong di INFEST 2017 "
Posting Komentar