Dua hari yang lalu, saya belanja di sebuah minimarket. Yang menarik perhatian saya saat itu ada sebuah etalase yang khusus menjajakan beras cap Ayam Jago, beras premium yang harganya bisa dua kali lipat harga beras biasa. Hal ini cukup menarik perhatian, karena beberapa minggu lalu saat berkunjung ke Bandung, saya melihat ada stand khusus beras dengan merek yang sama di pelataran sebuah Toserba. Kemudian saat mendampingi anak-anak menonton televisi pada hari Minggu, di salah satu stasiun TV milik MNC, ada reality show anak-anak bertajuk Taro Ranger dengan menampilkan iklan yang mempromosikan produk Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food.
Tiga Pilar Sejahtera Food yang di dunia bursa dikenal dengan kode AISA (dulunya Asia Inti Selera) memang mulai mendapat perhatian dari para investor sejak dua tahun terakhir. Ekspansi usaha yang ditunjang dengan promosi jor-joran menjadikan produk perusahaan ini semakin dikenal masyarakat. Maka, tidaklah mengherankan jika pada kuartal pertama tahun ini, AISA berhasil membukukan kinerja yang cemerlang. Tabel berikut ini menggambarkan performa AISA dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tiga Pilar Sejahtera Food yang di dunia bursa dikenal dengan kode AISA (dulunya Asia Inti Selera) memang mulai mendapat perhatian dari para investor sejak dua tahun terakhir. Ekspansi usaha yang ditunjang dengan promosi jor-joran menjadikan produk perusahaan ini semakin dikenal masyarakat. Maka, tidaklah mengherankan jika pada kuartal pertama tahun ini, AISA berhasil membukukan kinerja yang cemerlang. Tabel berikut ini menggambarkan performa AISA dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penjualan naik 39% dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Hal ini mendongkrak kenaikan laba bersih sebesar 26%. Laba bersih per saham meningkat menjadi Rp. 38.52/saham, naik 15% dari tahun lalu. Dengan demikian PER (price to earning ratio) yang disetahunkan berada di angka 12,27x menjadikan AISA saham yang relatif murah dibanding kompetitornya di industri makanan dan minuman.
Dengan mempertimbangkan EPS dan ROE yang disetahunkan, harga wajar AISA berada di Rp. 1.899, hanya selisih sedikit saja dari harga penutupan kemarin. Meski sudah mendekati nilai wajar, namun saham di industri makanan dan minuman biasanya diperdagangkan di harga yang lebih mahal dibanding harga wajarnya.
Uniknya, kinerja AISA naik di tengah fenomena beras plastik yang meresahkan masyarakat. Dengan adanya fenomena ini, masyarakat akan cenderung membeli beras dari produsen yang terpercaya, meskipun harganya lebih mahal. Faktor kesehatan akan menjadi pertimbangan masyarakat dalam membeli beras yang benar-benar teruji keaslian dan kualitasnya. Hal ini bisa menjadi peluang bagi AISA untuk meraup keuntungan lebih maksimal dengan produknya yang terjamin, apalagi sebentar lagi bulan puasa, saat konsumsi masyarakat cenderung meningkat. Kita tunggu saja performa AISA di kuartal berikutnya..
saya setuju, lebih baik beli brand terpercaya dibandingkan yang murah. Saham ini bisa jadi pilihan yang bagus.
BalasHapusterima kasih pak .. salam kenal. semoga bermanfaat
Hapusiya mang, saya juga ngga nyangka di ekonomi sulit bgini, sales AISA masih tumbuh 38%. mdh2an AISA bisa jadi the next UNVR nanti ke depannya ya.. krn beras sendiri sdh menjadi makanan pokok di Indonesia.. semoga sukses terus ya, Mang dengan investasinya.. :)
BalasHapusterima kasih bu Fitry atas kunjungannya, semoga AISA nya terus tumbuh dan menumbuhkan portofolio investasi kita, he2
Hapus