(Tulisan ini merupakan draft untuk majalah InilahReview, dan dimuat juga di portal Inilah.Com dengan judul Empat Saham Properti Dinilai Layak Dipertimbangkan)
Isu
munculnya kebijakan yang kurang menguntungkan sedang menerpa industri properti.
Mulai dari aturan pajak rumah mewah hingga ancaman naiknya suku bunga pinjaman.
Bagaimana dengan kinerja saham-saham properti di kuartal pertama tahun ini?
Dalam
perkembangan setahun terakhir, sektor properti dan konstruksi memimpin laju
pertumbuhan diantara sektor lainnya. Sepanjang tahun 2014, sektor properti dan
konstruksi menorehkan pertumbuhan sebesar 55,76%, jauh di atas kinerja IHSG
yang membukukan return sebesar 22,29%. Capaian ini sekaligus menjadikan
indeks sektor properti dan konstruksi tumbuh paling tinggi dibanding 24 indeks
lainnya.
Namun
dalam beberapa minggu terakhir, sektor ini mengalami penurunan. Penurunan ini
terkait dengan kinerja sebagian besar emiten properti di kuartal pertama 2015
yang memang kurang begitu menggembirakan. Dari 38 emiten properti yang sudah
melaporkan kinerja triwulan pertamanya, tercatat hanya 17 emiten yang
membukukan kenaikan laba bersih dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Koreksi
yang wajar ini tentunya memberikan kesempatan bagi para investor maupun trader
jangka pendek dan menengah untuk mengoleksi beberapa saham yang masih murah
secara valuasi dan menarik secara pergerakan teknikal.
Dengan
mempertimbangkan kapitalisasi pasar, likuiditas perdagangan dan rasio keuangan
berdasarkan laporan kinerja kuartal I/2015, diperoleh beberapa saham yang layak
dicermati pergerakannya, masing-masing: LPKR, SMRA, CTRA, PWON, ASRI, APLN dan
LPCK. (lihat tabel)
Setelah
saham-saham tersebut di-screening secara fundamental berdasarkan
kapitalisasi pasar, price earning ratio (PER), price to book value
(PBV), return on equity (ROE) debt to equity ratio (DER), dan net
profit margin (NPM), pertumbuhan laba bersih selama lima tahun terakhir
juga dengan memprediksi harga wajar berdasarkan laporan keuangan terakhir,
diperoleh empat saham yang layak dipertimbangkan untuk dikoleksi dalam beberapa
waktu ke depan. Kelima saham tersebut adalah LPKR, LPCK, PWON, dan ASRI.
Saham
LPKR merupakan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di sektor ini
setelah BSDE. Dengan rasio PER 17,56x,
PBV 1,48x, dan DER 0,56x menjadikan saham ini masih menarik minat investor. Meskipun
rasio ROE hanya sebesar 8,42% dan NPM yang berada di angka 17,50%. Dari kinerja
laporan keuangan terakhir, dengan mempertimbangkan laba bersih per saham, BI rate,
dan ROE emiten, diperoleh harga wajar sebesar Rp. 850. Jika dibandingkan dengan
harga saat ini, ambang batas aman investasi (margin of safety) berada di
angka minus 49,3%, yang artinya harga saham sudah melampaui harga wajarnya.
Berbeda
dengan LPKR, LPCK menjadi saham grup
Lippo yang rasio keuangannya menarik untuk dicermati. Betapa tidak, saham ini berhasil
mencatatkan kinerja positif di kuartal pertama tahun 2015 ini dengan laju
pertumbuhan sebesar 19,53%. Peningkatan kinerja ini berdampak pada rasio
keuangan yang cukup atraktif. Rasio PER tercatat sebesar ‘hanya’ 7,28x, PBV 2,47x,
DER 0,02x, dan NPM 55,62%. Rasio ROE pun terdongkrak naik ke 34.89%. Dari
kinerja cemerlang tersebut diprediksi harga wajar LPCK sebesar Rp. 23.247
dengan margin of safety yang terbilang aman di angka 51,1 %.
Rerata
pertumbuhan laba bersih yang cukup fantastis selama lima tahun terakhir menjadikan
saham PWON menarik untuk dicermati. Dengan ROE sebesar 14.8% dan NPM 28.15%,
Harga wajar saham ini diprediksikan berada di kisaran Rp. 341 dengan margin
of safety yang minus sebesar -28,0%. Meski demikian, PWON layak dicermati
karena pertumbuhan sales-nya yang terus meningkat tiap tahunnya.Begitu juga
dengan saham ASRI yang dapat dijadikan saham alternatif lainnya untuk
dicermati. Secara fundamental, saham ini masih menarik dengan rasio PER sebesar
11,47x, PBV 1,85x, DER 1,05x, ROE 16,26% dan NPM 28,31%. Harga wajar saham ini
diperkirakan berada di angka 724 atau memiliki ambang batas aman 9.5%.
Teknikal: Menunggu Reversal
Secara
teknikal jangka menengah, dari keempat saham di atas, tiga diantaranya sedang
berada dalam kondisi bearish. Kecuali ASRI, tiga saham lainnya sedang
berada di bawah harga rerata (moving average) 20 hari dan 50 hari.
Hal
ini mengindikasikan bahwa PWON, LPKR dan LPCK masih downtrend dalam
jangka menengah. Hanya saham ASRI yang sedang berada dalam fase uptrend dan
berusaha kembali menembus harga tertingginya.
Saham
LPCK misalnya, saham ini sedang mengalami fase downtrend dengan support
terdekat di kisaran Rp. 10.825. Batas-batas support selanjutnya yang
perlu diantisipasi adalah Rp. 10.280, Rp 9.625 dan Rp. 8.970.
Kondisi
yang hampir sama dialami oleh PWON yang sedang berada di area bottom. Support
terdekat yang akan berusaha menahan laju penurunan adalah Rp. 424 kemudian Rp. 391.
Sementara itu, ketika terjadi reversal, level resisten yang dapat
diperhatikan berada di level Rp. 451 kemudian Rp. 478.
LPKR
sedang berusaha menembus resisten terdekat di Rp. 1.324. Sementara itu, garis support
yang perlu diwaspadai ketika terjadi koreksi berada di level Rp. 1.240,
kemudian Rp. 1.173, Rp. 1.105 dan Rp. 1.025.
Berbeda
dengan ketiga saham di atas, ASRI sedang mengalami fase uptrend di
kisaran harga Rp. 650-an. Level Rp. 700 menjadi resisten kuat sekaligus harga
tertinggi dalam setahun terakhir yang akan
menahan laju kenaikan saham ini. Sementara itu, support terdekat saham
ini berada di level Rp. 636, Rp. 597, dan Rp. 565. [amsi]
0 Response to " Laju Emiten Properti Melambat? "
Posting Komentar