Syariahsaham.com, CIANJUR -- Kisah ini bermula dari status di akun Facebook pribadi saya tahun 2014 silam. Semoga bermanfaat.
#1
Seperti dalam status sebelumnya, hari Sabtu kemarin, pagi-pagi sekali saya berangkat dari rumah. Perjalanan yang menempuh waktu tempuh kurang lebih 9 jam itu membuahkan kisah yang indah.
#2
Maka, setelah menempuh perjalanan yang lumayan mengenyangkan itu, tibalah saya di halte S Parman (Central Park). Ini kali pertama saya menginjakkan kaki di daerah Jakarta Barat (maklum urang kampung, he2). Keluar koridor, langsung menuju APL Tower, tempat seminar dengan narasumber Lo Kheng Hong sedang digelar.
Acara tersebut digelar di lantai 12. Dan, drama tersesat terulang kembali. Kali ini nyasar ke P-12, dan ternyata bukannya lantai 12 yang dituju, melainkan lahan parkir yang setingkat dengan lantai 8. Ponsel sedang tidur, sehingga kontak dengan kan Farid Hasan pun tidak bisa dilakukan.
Setelah menanyakan ke petugas setempat mengenai jalan menuju lantai 12, akhirnya sampai juga di tempat acara. Saat itu jam menunjukkan sekitar jam 3, padahal acara sudah dimulai dari jam 13.30-an.
Setelah diantar oleh salah seorang staf BNI Securities untuk dipertemukan dengan kang Farid, beliau langsung mempersilakan saya duduk di antara para peserta. Terima kasih kang Farid, akhirnya saya bisa belajar lagi investasi saham langsung dari 'the living legend', Lo Kheng Hong.
#3
Materi yang dibawakan oleh LKH (sebutan untuk Lo Kheng Hong) kali ini masih seputar analisis fundamental perusahaan. Ketika masuk ruangan, slide presentasi yang sedang ditayangkan adalah laporan keuangan emiten berkode ENRG. Emiten minyak ini memang sedang dihargai murah oleh pasar. PER nya bahkan masih di bawah 3x. Laba bersih perusahaan memang melonjak tajam, meskipun ditopang juga oleh pendapatan lain-lain.
LKH kemudian flashback prestasi spektakulernya dalam berinvestasi dengan memaparkan alasannya memilih emiten berkode MBAI beberapa tahun silam. Saham inilah yang mengantarkan LKH mencetak gain lebih dari 12.000% hanya dalam beberapa tahun saja. Ini berawal dari pemilihan saham (stockpicking strategy) yang tepat.
Ia memilih MBAI pada saat laba bersih per saham masih di atas harga pasarnya. Ia mengoleksi saham pakan ayam ini di kisaran 200-an dan terus menghimpunnya hingga mencapai porsi kepemilikan di perusahaan tersebut sekitar 8%-an.
Walhasil, pada tahun 2010 (2011?) saat MBAI akan diakuisisi Japfa Comfeed (JPFA) ia menjual seluruh kepemilikannya dengan return 120-an kali lipat dari modal awal. Ia juga pernah mengoleksi UNTR pada saat harganya masih 200-an, namun laba bersih per saham (EPS) nya mencapai 7800-an. Kemudian ia menjualnya di kisaran belasan ribu.
Saham lainnya yang pernah dipegang oleh LKH adalah PNLF. Pada saat membeli PNLF, beberapa temannya justru memperingatkannya untuk tidak membeli saham ini. Namun, LKH tetap membelinya di harga 90-an untuk kemudian dijual di harga 200-an.
Seperti biasa, LKH selalu menekankan pentingnya analisis kinerja perusahaan sebelum kita berinvestasi di suatu saham. Inilah kunci sukses berinvestasi di pasar modal, sehingga pemeo yang mengatakan 'jangan pernah membeli kucing dalam karung' juga berlaku.
Bagian 4 & 5 | Bagian 6 & 7 | Bagian 8
Kembali ke Meet Lo Keng Hong Series
Bagian 4 & 5 | Bagian 6 & 7 | Bagian 8
Kembali ke Meet Lo Keng Hong Series
0 Response to " Bertemu Lo Kheng Hong (Lagi) Bagian 1, 2 & 3 "
Posting Komentar