Syariahsaham.com, CIANJUR -- oleh: Evan K. Insani (COO Syariahsaham.com, mentor room @SariKelapa)
Tulisan sebelumnya (lebih kepada pengenalan EMAS-QTS 1.0 sebagai salahsatu bentuk implementasi EMAS dalam sistem trading.
Tulisan sebelumnya (lebih kepada pengenalan EMAS-QTS 1.0 sebagai salahsatu bentuk implementasi EMAS dalam sistem trading.
Nah sesi kedua ini lebih kepada narasi terkait Trendfollower
sebagai panduan EMAS-QTS 1.0.
Kita punya banyak grup dan komunitas saham saat ini, dengan
masing-masing keunikan. Tiap komunitas punya cara masing-masing utk menentukan
mana saham yg layak beli, hold dan jual.
Begitupula dengan Syariah Saham. Sebelumnya komunitas ini
begitu identik dengan Analisa Fundamental yang tajam ala Mang Amsi. Yang
relatif memanjakan para investor (baik tipe Value, Growth maupun GARP), hingga
trader yg ingin memastikan 'isian' dari emiten yg diincarnya.
Namun, saya ingin memberikan warna yang berbeda bagi dunia
komunitas saham pada umumnya, dan utk SS pada khususnya.
Hingga kami ambil Trendfollower dengan dasar Analisa
Kuantitatif sebagai penyempurna Analisa Fundamental ala Mang Amsi, Analisa
Teknika ala Ady.
Analisasa Kuantitatif? Masih asing terdengar?
Betul, Analisa Kuantitatif (Quantitative Analysis/QA)
tidaklah sepopuler FA mwpun TA. Ada yang bilang QA merupakan level-up dari TA,
atw ada juga yang bilang merupakan versi modern dari TA.
Karena tema sharing kali ini lebih kepada Trendfollower,
maka saya jelaskan sedikit saja ttg QA.
QA disebut level-up dari TA karena menjadikan TA sebagai
basis analisis. Namun yang menjadi perbedaan, QA menggunakan data dan metode
statistik utk menghilangkan keambiguan dalam TA.
Disimpulkan berdasarkan buku "Sistem Trading
Kuantitatif" by Pak Husni Gumilang; QA diharapkan bisa memperbaiki
kelemahan TA dengan cara sbb,
- menghilangkan subjektifitas
- mendefinisikan indikator matematis yg presisi dan
konsisten
- memanfaatkan model matematis, metoda numerik dan simulasi
komputer
- menerapkan teknik validasi statistik
Jadi tidak ada lagi kebingungan mau pake MA berapa, nilai
Stoch/RSI/CCI harus berapa, tarik fibo darimana dsb.
Hal ini dikarenakan QA menguji suatu setup indikator yang
tetap berdasarkan hasil optimasi thd suatu kelompok saham tertentu dalam
rentang waktu tertentu.
Nah kembali ke Trendfollower (TF); apa si TF itu?
TF bisa dikatakan salahsatu mahzab/style dari trading,
laiknya scalping, ODT, swing hingga position trading.
Saya mulai dg cerita kenapa saya memilih TF sbg sistem saya.
Berdasarkan test profil resiko (saya sarankan kita semua
melakukan test ini utk menentukan karakter kita dalam memandang
investasi/uang), saya termasuk dalam kategori moderat konservatif.
Artinya saya bukan tipikal agresif; saya takut kehilangan
uang dan cenderung bermain aman. Saya bukan tipe agresif yang bisa mencari
untung sebanyak-banyaknya walaupun terpapar resiko besar.
Selain itu saya tipikal yg ga mw pusing; saya tidak bs utk
hadir di depan laptop setiap market running. Dan saya jg gmw pusing utk
menentukan saham yg mw saya beli tiap malam smenghabiskan waktu menganalisis
chart dg berbagai macam indikator.
Saya ingin suatu sistem/style yang membuat saya bisa rileks,
namun memberikan potensi profit yang lebih besar ketimbang loss walaupun jarang
trading. Karenan tujuan saya utk masuk di bisnis saham adalah agar dana saya
konsisten bertumbuh.
Saya tidak butuh adrenalin dalam bisnis saham karena saya
pnya pekerjaan lain yg menyita waktu serta fokus selama daytime.
Dari hasil baca-baca dan riset, jatuhlah pilihan saya untuk
menjadi seorang Trendfollower.
Berikut bbrp list buku yang saya baca hingga akhirnya saya
memutuskan utk menjadi TF,
-Turtle Trader by Covel
- How I Made 2000000 in the Stock Market by Darvas
- Trendfollowing by Covel
- Volume Price Analysis by Anna Couling
Jadi bisa disimpulkan panutan saya untuk menjadi TF adalah
Richard Dennis & William Eckhardt, Darvas. Dan tentunya mentor saya lsg
yang mengenalkan saya kepada TF, Ko Jie Hadi Kusumo.
TF jikalau dianalogikan ke investing, mirip dengan tipikal
Growth Investing (GI).
Bagi para penganut GI, tidak ada harga yang terlalu mahal.
Selama perusahaan bertumbuh dibuktikan dengan LK, maka perusahan tsb layak
beli.
Begitupula dengan TF, tidak ada harga yang terlalu mahal. Selama
harga mencapai high baru didukung validasi dr volume, maka saham tsb layak
beli.
Jadi sederhananya, TF adalah sistem/style trading yang hanya
mengikuti saham yg sedang dalam keadaan uptrend (krn dalam konsep syariah kita
hanya diijinkan utk posisi long). Saat uptrend pastikan kita ikut, saat saham
tsb sudah tidak uptrend lagi, kita turun.
Sederhana.
Kedengarannya.
Beberapa wiseword yang jadi panduan para TF, diambuil dari
buku "Trendfollowing" by Covel
“ The ability of
trend following strategies to succeed depends on two obvious but important
assumptions about markets.
First, it assumes that price trends occur regularly in
markets. Secondly, it assumes that trading systems can be created to profit
from these trends.
The basic trading strategy that all trend followers try to
systematize is to 'cut losses and let profits run.’
***
Artinya penganut TF yakin bahwasanya trend akan selalu
muncul dalam pasar, dan saat trend itulah kesempatan untuk mendapatkan profit.
Dari peristiwa ini maka sangat dimungkinkan untuk membuat sistem yg konsisten.
Dan penganut TF pny keyakinan dan disiplin utk 'cut losses
and let profits run.’ dikarenaka sistem yang teruji tadi.
"No one knows how high or how low a market will go. No
one knows when a market will move. You can’t undo the past, and you can’t
predict the future. Prices, not traders, predict the future."
***
Penganut TF tidak berusaha untuk menebak pergerakan pasar
ataupun harga, yang dilakukan hanya mempersiapkan trigger and let market
decide.
"Trend followers buy high; this is
counterintuitive for most."
***
Bagi kebanyakan orang, membeli dengan harga tinggi adalah
tindakan konyol. Namun penganut TF berpikir sebaliknya. Hal ini yg menyebabkan
penganut TF cenderung berbeda dari kebanyakan, dan kesulitan menjadi TF adalah
melawan pola pikir kebanyakan tsb.
"Using 'common sense' is not a good way to judge or
trade markets."
***
TF tidak memasukkan unsur subjektif maupun feeling ke dalam
keputusan. Karena berdasarkan data sebelumnya, hal tersbut bukanlah layak
dijadikan patokan.
"Losses are a cost of doing business. No one can be
right all the time. No one can make money all the time.
Trend followers expect and handle losses with objectivity
and detachment. If you don’t have losses, you are not taking risks. If you
don’t
risk, you won’t win."
***
TF berpikir loss adalah cost yang wajib dibayarkan utk
mendapatkan profit. Penganut TF memaintain resiko dan loss dengan perhitungan
yang jelas.
Demikian sharing saya terkait Trendfollower. Untuk
menyimpulkan, saya bagi kata-kata favorit dari panutan saya RIchard Dennis,
"Trading was more teachable than I ever imagined"
"How much of a role does luck play in trading? In the
long run, zero. Absolutely zero. I dont think anybody winds up making money in
this business because they started out lucky."
- Richard Dennis
0 Response to " Trendfollower Sebagai Panduan EMAS-QTS 1.0 "
Posting Komentar