Hero

Menimbang Kinerja Saham Bluechip Syariah

Oleh: ASEP MUHAMMAD SAEPUL ISLAM
(founder HISSAH-Himpunan Investor Saham Syariah)

Salah satu acuan para investor syariah dalam menentukan pilihan investasi di saham adalah Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini terdiri dari 30 konstituen saham dari berbagai sektor, kecuali sektor keuangan.  Dari 30 emiten yang tergabung dalam JII, baru enam emiten yang telah merilis laporan keuangan tahun 2014 per akhir Februari kemarin. Saham apa sajakah itu dan bagaimana kinerjanya di tahun 2014? Mari kita simak!

Keenam saham dimaksud masing-masing adalah PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.(LSIP), PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO), PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT. Astra International Tbk. (ASII) dan PT. United Tractors Tbk. (UNTR). Uniknya, empat saham diantaranya berasal dari dua sektor komoditas: perkebunan (CPO) dan pertambangan (batu bara dan nikel). Sementara itu, dua lainnya berasal dari sektor aneka industri (otomotif) dan perdagangan (alat berat). Dari enam saham tersebut, tiga diantaranya berasal dari grup Astra, masing-masing AALI, ASII dan UNTR.

Berikut ini ulasan singkat kinerja keenam saham di atas:
1.      AALI
Emiten perkebunan milik grup Astra ini berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar Rp. 2,503 triliun atau naik 38,99% dari periode sebelumnya sebesar Rp. 1,801 triliun. Kenaikan laba bersih ini menghasilkan rasio price earning ratio (PER) di angka 15,50 kali, price to book value (PBV) 3,28 kali, return on equity (ROE) 21,15% dan net profit margin (NPM) 15,35%. Selain itu, rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio) pun  cukup terkendali di angka 0,57 x.

2.      LSIP
Senada dengan AALI, kinerja LSIP pada tahun 2014 pun mengalami kenaikan dari periode sebelumnya. Laba bersih yang dicetak saham milik grup Salim ini sebesar Rp. 916,7 miliar atau naik sebesar 19,13 % dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Rasio PER berada di level 13,99 kali, PBV 1,78 kali, ROE 12,7 % dan NPM 19,39 %. Emiten ini juga memiliki rasio utang yang sehat dengan DER sebesar 0,20 kali.

3.      INCO
Saham produsen nikel ini mencetak laba bersih yang paling fantastis di antara enam saham syariah yang sudah merilis laporan tahunannya. Betapa tidak, laba bersih yang berhasil dicetak pada tahun 2014 sebesar RP. 2,143 triliun atau melonjak 301,45 % bila dibandingkan laba bersih tahun lalu di angka Rp. 533,8 miliar. Hasil ini berimbas pada membaiknya rasio keuangan seperti PER di kisaran 16,34 kali, PBV di 1,58 kali, ROE 9,65% dan NPM 16,60%. Rasio utang terhadap ekuitas pun cukup terjaga di level 0,31 kali.

4.      ITMG
Laba bersih ITMG mengalami penurunan tipis sebesar 2,32 % dari Rp. 2,549 triliun di tahun 2013 menjadi Rp. 2,490 triliun pada tahun 2014. Hal ini lebih dipengaruhi oleh penurunan harga batubara yang masih melemah. Sementara itu, ITMG masih memiliki rasio PER yang rendah di angka 7,67 kali, PBV 1,71 kali, ROE sebesar 22,28% dan NPM di angka 10,31%. Rasio utang terhadap modal pun cukup aman di level 0,45 kali.


5.      ASII
Saham yang merupakan grup konglomerasi terbesar di Indonesia ini mengalami penurunan laba bersih sebesar 1,22 % dari Rp. 19,417 triliun di tahun lalu menjadi Rp. 19,181 triliun pada tahun 2014. Penurunan kinerja ini disumbang oleh segmen otomotif dan infrastruktur. Sementara itu segmen alat berat, perkebunan, teknologi dan keuangan masih membukukan kenaikan kinerja yang cukup baik di tahun kemarin. Dari hasil tersebut diperoleh PER sebesar 16,57 kali, PBV 2,64 kali, ROE 15,94% dan NPM 9,51%. Rasio utang berada di level 0,96 kali ekuitas.

6.      UNTR

UNTR mulai menunjukkan pemulihan kinerja di tahun 2014 kemarin. Laba bersih yang berhasil     ditorehkan saham distributor alat berat ini sebesar Rp. 5,369 triliun, naik sebesar 11,09%                     dibandingkan periode tahun lalu di angka Rp. 4,833 triliun. Hasil ini berimbas pada membaiknya rasio keuangan dengan PER sebesar 14,41 kali, PBV 2,01 kali, ROE 13,92 %, dan NPM 10,10%. Rasio utang terhadap modal pun cukup aman di angka 0,56 kali.




Jika dibandingkan antara keenam saham di atas, tentunya dengan mempertimbangkan asal sektor, saham ITMG memiliki rasio yang cukup menarik dibandingkan kelima saham lainnya dari sisi PER, PSR dan ROE. LSIP menyusul dengan rasio DER dan NPM di atas rata-rata, kemudian INCO yang mengalami lonjakan laba bersih lebih dari 300%  juga memiliki rasio PEG dan PBV lebih baik dibanding yang lainnya.

Dengan menggunakan salah satu teknik valuasi yang mempertimbangkan nilai buku per saham dan laba bersih per saham, juga dengan asumsi inflasi per tahun 7 %, pertumbuhan industri rata-rata 10% per tahun dan risk factor  sebesar 5%, diperoleh harga wajar untuk AALI sebesar Rp. 21.062 (margin of safety (MoS) sebesar-17,04%), LSIP Rp. 1.646 (MoS -14,22%), INCO Rp. 2.566 (MoS: -37,37%), ITMG Rp. 29.495 (MoS: 42,70%), ASII Rp. 5.986 (MoS: -31,14%) dan UNTR Rp. 17.846 (MoS: -16,27%).

Dari asumsi perkiraan harga wajar di atas, ITMG muncul sebagai saham yang masih memiliki ambang batas aman investasi (margin of safety) yang cukup lumayan. Tentunya hal ini harus tetap dengan mempertimbangkan fluktuasi harga komoditas batubara yang masih melemah. Apalagi harga minyak dunia yang masih berada di level 50-an US$ per barel masih akan menjadi sentimen negatif terhap laju harga komoditas lainnya. [amsi]


Untuk berlangganan, silakan masukkan email:

1 Response to " Menimbang Kinerja Saham Bluechip Syariah "