Gambar: @lenasimatupang |
Syariahsaham, CIANJUR -- oleh: Evan K Insani (coach @sarikelapa).
Kali ini kita akan bahas apa saja kesalahan yg sering kali dilakukan oleh pelaku pasar saham, baik itu yg pemula hingga yg sudah lama berkecimpung di pasar saham.
Untuk memudahkan pemahaman kita jabarkan beserta contoh cerita analogi ya. Sehingga terbayang kondisinya seperti apa.
Suatu hari saya melihat saham EVAN banyak diperbincangkan di grup-grup saham ternama. Baik itu dari segi FA dan TA nya. Saya pun tertarik utk 'ikut cuan' di saham tsb.
1. No trading plan (tidak memiliki rencana trading)
Saya begitu tertarik dg saham EVAN karena ramai dibincangkan, akhirnya saya beli langsung di offer; saya ga mw ketinggalan. Tak lama kemudian ternyata harganya turun cukup dalam sebesar 3% dari harga beli saya, dan saya kebingungan apa yg harus saya lakukan selanjutnya.
Apa yg seharusnya dilakukan?
Selalu sediakan waktu utk membuat trading plan. Apa itu trading plan? Yakni suatu rencana yg bisa menjawab smw pertanyaan dibawah ini;
- Apakah alasan saya beli? TA or FA?
- Dimanakan saya akan beli?
- Berapa banyak akan saya beli?
- Berapa maksimal resiko yg bisa saya terima?
- Jikalau harga ternyata turun, dimana level stoploss saya?
- Dimana saya akan take profit?
- Jikalau saham tsb naik, dimana level trailing stop saya?
Kalo saya masih bingung menjawab pertanyaan2 diatas, berarti saya tidak punya trading plan yg detil. SAYA TIDAK AKAN BELI SAHAM TSB.
2. Risking too much on one trade (meletakkan resiko yg terlalu besar pada satu transaksi saham)
Saya sudah analisa dalam-dalam saham EVAN, ini saham yg luar biasa potensial utk memberikan profit berlipat. Saya akan beli saham EVAN dengan semua kapital yg saya punya.
Ternyata setelah saya beli, saham EVAN malah bergerak cenderung turun, dan dalam waktu singkat sudah turun 10% dari harga beli saya. Saya panik, uang saya hilang 10% dalam bbrp hari saja, padahal saham EVAN begitu potensial hasil analisis grup2 terkemuka.
Apa yg seharusnya dilakukan?
Seyakin apapun saya dgn suatu saham, perhatikan maksimal resiko yg sanggup ditanggung. Misalkan pada saat ini resiko yg bisa ditanggung adalah 2% dari total keseluruhan modal, maka hitunglah darisana berapa lot maksimal yg bisa dibeli.
Karena pada dasarnya kemungkinan naik dan turun semua saham itu sama; 50:50. Jadi saya musti siap loss seperti saya juga siap profit. Dan ketika saya loss saya harus pastikan saya ikhlas karenanya.
3. Giving into emotions (terlalu melibatkan emosi)
Bdasarkan histori nya, saham EVAN ini pernah memberikan kenaikan yang luat biasa dalam waktu singkat. Sekarang kembali berada di harga yang murah, ini kesempatan saya untuk jadi miliarder baru. Saya beli deh saham tsb.
Ternyata saham EVAN sempat naik, namun selebihnya bgitu lama sideway. Saya bingung, seharusnya ini saham masih akan naik. Namun selanjutnya saham EVAN malah berubah trend, saya semakin bingung. Saya yakin ini pergerakannya sementara, salah ini. Saya yakin saham EVAN akan segera kembali ke jalur yg benar, saya hold posisi saya krn saya yakin bakal jadi miliarder baru dg saham EVAN. Hingga seterusnya sahama EVAN terus turun.
Apa yg seharusnya dilakukan?
Minimalkan keterlibatan emosi dalam bertransaksi saham (jikalau tidak bisa menghilangkan). Emosi adalah salahsatu bentuk subjektifitas manusia. Bedakan antara emosi dan naluri; naluri baru bisa didapat dari pengalaman namun tetap ada kemungkinan untuk salah. Pastikan selalu siap dengan segala kemungkinan.
4. Overtrading (keseringan trading)
Saya sudah beli saham EVAN. Lalu saya baca lagi di grup ternyata ada saham AMSI yg juga lagi bagus. Selanjutnya ada lagi saham SYSA yg juga menarik.
Begitu seterusnya saya membeli semua saham yg menarik krn saya tidak ingin kehilangan momen. Setiap hari rasanya tidak ada hari tanpa trading. Saya harus beli saham setiap hari untuk memaksimalkan profit.
Hingga ternyata suatu hari market memburuk dan saya full sahamm tanpa menghitung resiko terburuk. Ekuiti saya hancur seiring saham2 yg ada di porto menjadi merah dalam sekejap dikarenakan market yg panik.
Apa yg seharusnya dilakukan?
Frekuensi trading tidak berbanding lurus dg jumlah profit. Apalagi trading tanpa perhitungan. Karena kecanduan trading juga bisa menyebabkan kehilangan fokus dan cenderung tanpa rencana. Pastikan setiap trade yg dilakukan berkualitas dan terencana dg matang.
Saya begitu tertarik dg saham EVAN karena ramai dibincangkan, akhirnya saya beli langsung di offer; saya ga mw ketinggalan. Tak lama kemudian ternyata harganya turun cukup dalam sebesar 3% dari harga beli saya, dan saya kebingungan apa yg harus saya lakukan selanjutnya.
Apa yg seharusnya dilakukan?
Selalu sediakan waktu utk membuat trading plan. Apa itu trading plan? Yakni suatu rencana yg bisa menjawab smw pertanyaan dibawah ini;
- Apakah alasan saya beli? TA or FA?
- Dimanakan saya akan beli?
- Berapa banyak akan saya beli?
- Berapa maksimal resiko yg bisa saya terima?
- Jikalau harga ternyata turun, dimana level stoploss saya?
- Dimana saya akan take profit?
- Jikalau saham tsb naik, dimana level trailing stop saya?
Kalo saya masih bingung menjawab pertanyaan2 diatas, berarti saya tidak punya trading plan yg detil. SAYA TIDAK AKAN BELI SAHAM TSB.
2. Risking too much on one trade (meletakkan resiko yg terlalu besar pada satu transaksi saham)
Saya sudah analisa dalam-dalam saham EVAN, ini saham yg luar biasa potensial utk memberikan profit berlipat. Saya akan beli saham EVAN dengan semua kapital yg saya punya.
Ternyata setelah saya beli, saham EVAN malah bergerak cenderung turun, dan dalam waktu singkat sudah turun 10% dari harga beli saya. Saya panik, uang saya hilang 10% dalam bbrp hari saja, padahal saham EVAN begitu potensial hasil analisis grup2 terkemuka.
Apa yg seharusnya dilakukan?
Seyakin apapun saya dgn suatu saham, perhatikan maksimal resiko yg sanggup ditanggung. Misalkan pada saat ini resiko yg bisa ditanggung adalah 2% dari total keseluruhan modal, maka hitunglah darisana berapa lot maksimal yg bisa dibeli.
Karena pada dasarnya kemungkinan naik dan turun semua saham itu sama; 50:50. Jadi saya musti siap loss seperti saya juga siap profit. Dan ketika saya loss saya harus pastikan saya ikhlas karenanya.
3. Giving into emotions (terlalu melibatkan emosi)
Bdasarkan histori nya, saham EVAN ini pernah memberikan kenaikan yang luat biasa dalam waktu singkat. Sekarang kembali berada di harga yang murah, ini kesempatan saya untuk jadi miliarder baru. Saya beli deh saham tsb.
Ternyata saham EVAN sempat naik, namun selebihnya bgitu lama sideway. Saya bingung, seharusnya ini saham masih akan naik. Namun selanjutnya saham EVAN malah berubah trend, saya semakin bingung. Saya yakin ini pergerakannya sementara, salah ini. Saya yakin saham EVAN akan segera kembali ke jalur yg benar, saya hold posisi saya krn saya yakin bakal jadi miliarder baru dg saham EVAN. Hingga seterusnya sahama EVAN terus turun.
Apa yg seharusnya dilakukan?
Minimalkan keterlibatan emosi dalam bertransaksi saham (jikalau tidak bisa menghilangkan). Emosi adalah salahsatu bentuk subjektifitas manusia. Bedakan antara emosi dan naluri; naluri baru bisa didapat dari pengalaman namun tetap ada kemungkinan untuk salah. Pastikan selalu siap dengan segala kemungkinan.
4. Overtrading (keseringan trading)
Saya sudah beli saham EVAN. Lalu saya baca lagi di grup ternyata ada saham AMSI yg juga lagi bagus. Selanjutnya ada lagi saham SYSA yg juga menarik.
Begitu seterusnya saya membeli semua saham yg menarik krn saya tidak ingin kehilangan momen. Setiap hari rasanya tidak ada hari tanpa trading. Saya harus beli saham setiap hari untuk memaksimalkan profit.
Hingga ternyata suatu hari market memburuk dan saya full sahamm tanpa menghitung resiko terburuk. Ekuiti saya hancur seiring saham2 yg ada di porto menjadi merah dalam sekejap dikarenakan market yg panik.
Apa yg seharusnya dilakukan?
Frekuensi trading tidak berbanding lurus dg jumlah profit. Apalagi trading tanpa perhitungan. Karena kecanduan trading juga bisa menyebabkan kehilangan fokus dan cenderung tanpa rencana. Pastikan setiap trade yg dilakukan berkualitas dan terencana dg matang.
Emmmm
BalasHapus