Syariahsaham.com, CIANJUR -- Beberapa hari terakhir, saham-saham sektor properti mulai menunjukkan gejala pembalikan arah. Hal ini ditandai dengan munculnya indikator teknikal yang mulai menandakan trend naik.
Pada postingan kali ini, kita akan menyaring saham-saham syariah di sektor properti dengan rasio fundamental yang masih diasumsikan "murah."
Rasio yang digunakan pada postingan ini hanya PE Ratio (price to earning ratio).
Gambar dari liputan6 |
Rasio yang digunakan pada postingan ini hanya PE Ratio (price to earning ratio).
Terdapat 48 emiten sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Lima di antaranya masuk sebagai konstituen indeks likuid LQ45 dan JII. Kelima saham tersebut adalah ASRI, BSDE, LPKR, PWON dan SMRA.
Dari 48 emiten tersebut kita saring dulu dengan kapitalisasi pasar di atas 1 triliun rupiah. Langkah berikutnya kita saring lagi saham-saham tersebut dengan rasio PE di bawah 10. Hasilnya adalah saham-saham berikut ini.
5. KIJA (Kawasan Industri Jababeka Tbk.)
Berdasarkan laporan tengah tahun 2016, KIJA membukukan penjualan sebesar Rp 1,36 triliun, turun -7,73% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,47 triliun.
Penurunan penjualan ini berimbas pada turunnya laba bersih sebesar -3,80% dari Rp 338,63 miliar tahun lalu menjadi Rp 325,78 miliar.
Dari kinerja tersebut, diperoleh laba bersih per saham Rp 15,77, nilai buku per saham Rp 264,42, rasio utang terhadap ekuitas (DER) 0,46 kali, rasio utang terhadap aset (DAR) 0,84 kali.
Sementara itu, rasio aset lancar terhadap utang lancar (current ratio) masih sehat di kisaran 7,43 kali, marjin laba bersih (NPM) sebesar 23.93%, dan imbal atas ekuitas (ROE) sebesar 11.93%.
Pada harga penutupan kemarin, KIJA diperdagangkan di rasio harga atas nilai buku (PBV) sebesar 1,13 kali dan rasio harga dibanding laba bersih per saham (PER) sebesar 9,51 kali.
4. APLN (Agung Podomoro Land Tbk.)
Berdasarkan laporan tengah tahun 2016, APLN membukukan penjualan sebesar Rp 2,92 triliun, naik 5,25% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,77 triliun.
5. KIJA (Kawasan Industri Jababeka Tbk.)
Berdasarkan laporan tengah tahun 2016, KIJA membukukan penjualan sebesar Rp 1,36 triliun, turun -7,73% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,47 triliun.
Penurunan penjualan ini berimbas pada turunnya laba bersih sebesar -3,80% dari Rp 338,63 miliar tahun lalu menjadi Rp 325,78 miliar.
Dari kinerja tersebut, diperoleh laba bersih per saham Rp 15,77, nilai buku per saham Rp 264,42, rasio utang terhadap ekuitas (DER) 0,46 kali, rasio utang terhadap aset (DAR) 0,84 kali.
Sementara itu, rasio aset lancar terhadap utang lancar (current ratio) masih sehat di kisaran 7,43 kali, marjin laba bersih (NPM) sebesar 23.93%, dan imbal atas ekuitas (ROE) sebesar 11.93%.
Pada harga penutupan kemarin, KIJA diperdagangkan di rasio harga atas nilai buku (PBV) sebesar 1,13 kali dan rasio harga dibanding laba bersih per saham (PER) sebesar 9,51 kali.
4. APLN (Agung Podomoro Land Tbk.)
Berdasarkan laporan tengah tahun 2016, APLN membukukan penjualan sebesar Rp 2,92 triliun, naik 5,25% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,77 triliun.
Kenaikan penjualan ini tidak diimbangi dengan kenaikan laba bersih yang justru turun -12,23% dari Rp 351,13 miliar tahun lalu menjadi Rp 308,19 miliar.
Dari kinerja tersebut, diperoleh laba bersih per saham Rp 15,80, nilai buku per saham Rp 486,02, rasio utang terhadap aset (DAR) 0,62 kali, rasio utang terhadap ekuitas (DER) 1,27 kali.
Sementara itu, rasio aset lancar terhadap utang lancar (current ratio) di kisaran 1,27 kali, marjin laba bersih (NPM) sebesar 10,55%, dan imbal atas ekuitas (ROE) sebesar 6,50%.
Pada harga penutupan kemarin, APLN diperdagangkan di rasio harga atas nilai buku (PBV) sebesar 0,58 kali dan rasio harga dibanding laba bersih per saham (PER) sebesar 8,92 kali.
3. ASRI (Alam Sutera Realty Tbk.)
Berdasarkan laporan tengah tahun 2016, ASRI membukukan penjualan sebesar Rp 1,28 triliun, turun -25,82% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,73 triliun.
Penurunan
penjualan ini berbanding terbalik dengan kenaikan laba bersih sebesar 22,83% dari Rp 454,36 miliar tahun lalu menjadi Rp 558,09 miliar.
Dari kinerja tersebut, diperoleh laba bersih per saham Rp 28,40, nilai buku per saham Rp 363,85, rasio utang terhadap aset (DAR) 0,62 kali, rasio utang terhadap ekuitas (DER) 1,64 kali.
Sementara itu, rasio aset lancar terhadap utang lancar (current ratio) agak rawan di kisaran 0,67 kali, marjin laba bersih (NPM) sebesar 43,42%, dan imbal atas ekuitas (ROE) sebesar 15,61%.
Pada harga penutupan ASRI diperdagangkan di rasio harga atas nilai buku (PBV) sebesar 1,29 kali dan rasio harga dibanding laba bersih per saham (PER) sebesar 8,24 kali.
2. BEST (Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.)
Berdasarkan laporan tengah tahun 2016, BEST membukukan penjualan sebesar Rp 364,54 miliar, naik 7,45% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 339,26 miliar.
Kenaikan penjualan ini juga diiringi dengan lonjakan laba bersih sebesar 60,30% dari Rp 135,61 miliar tahun lalu menjadi Rp 217,38 miliar.
Dari kinerja tersebut, diperoleh laba bersih per saham Rp 22,53, nilai buku per saham Rp 336,65, rasio utang terhadap aset (DAR) 0,37 kali, rasio utang terhadap ekuitas (DER) 0,59 kali.
Sementara itu, rasio aset lancar terhadap utang lancar (current ratio) masih sehat di kisaran 4,84 kali, marjin laba bersih (NPM) sebesar 59,63%, dan imbal atas ekuitas (ROE) sebesar 13,39%.
Pada harga penutupan kemarin, BEST diperdagangkan di rasio harga atas nilai buku (PBV) sebesar 0,93 kali dan rasio harga dibanding laba bersih per saham (PER) sebesar 6,92 kali.
Dari kinerja tersebut, diperoleh laba bersih per saham Rp 28,40, nilai buku per saham Rp 363,85, rasio utang terhadap aset (DAR) 0,62 kali, rasio utang terhadap ekuitas (DER) 1,64 kali.
Sementara itu, rasio aset lancar terhadap utang lancar (current ratio) agak rawan di kisaran 0,67 kali, marjin laba bersih (NPM) sebesar 43,42%, dan imbal atas ekuitas (ROE) sebesar 15,61%.
Pada harga penutupan ASRI diperdagangkan di rasio harga atas nilai buku (PBV) sebesar 1,29 kali dan rasio harga dibanding laba bersih per saham (PER) sebesar 8,24 kali.
2. BEST (Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.)
Berdasarkan laporan tengah tahun 2016, BEST membukukan penjualan sebesar Rp 364,54 miliar, naik 7,45% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 339,26 miliar.
Kenaikan penjualan ini juga diiringi dengan lonjakan laba bersih sebesar 60,30% dari Rp 135,61 miliar tahun lalu menjadi Rp 217,38 miliar.
Dari kinerja tersebut, diperoleh laba bersih per saham Rp 22,53, nilai buku per saham Rp 336,65, rasio utang terhadap aset (DAR) 0,37 kali, rasio utang terhadap ekuitas (DER) 0,59 kali.
Sementara itu, rasio aset lancar terhadap utang lancar (current ratio) masih sehat di kisaran 4,84 kali, marjin laba bersih (NPM) sebesar 59,63%, dan imbal atas ekuitas (ROE) sebesar 13,39%.
Pada harga penutupan kemarin, BEST diperdagangkan di rasio harga atas nilai buku (PBV) sebesar 0,93 kali dan rasio harga dibanding laba bersih per saham (PER) sebesar 6,92 kali.
1. LPCK (Lippo Cikarang Tbk.)
Berdasarkan laporan tengah tahun 2016, LPCK membukukan penjualan
sebesar Rp 869, 29 miliar, turun -12,69% jika dibandingkan periode yang
sama tahun lalu sebesar Rp 996, 64 miliar.
Penurunan
penjualan ini berimbas pada turunnya laba bersih sebesar -25,79% dari Rp 477,86 miliar tahun lalu menjadi Rp 354,62 miliar.
Dari
kinerja tersebut, diperoleh laba bersih per saham Rp 509,51, nilai buku
per saham Rp 5.810,11, rasio utang terhadap aset (DAR) 0,28 kali,
rasio utang terhadap ekuitas (DER) 0,38 kali.
Sementara itu, rasio aset lancar terhadap utang lancar (current ratio) masih sehat di kisaran 5,37 kali, marjin laba bersih (NPM) sebesar 40,79%, dan imbal atas ekuitas (ROE) sebesar 17,54%.
Pada
harga penutupan kemarin, LPCK diperdagangkan di rasio harga atas nilai
buku (PBV) sebesar 1,09 kali dan rasio harga dibanding laba bersih per
saham (PER) sebesar 6,21 kali.
Tulisan ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham-saham di atas, silakan disesuaikan dengan rencana trading maupun investasi teman-teman. Semoga bermanfaat.
---
Informasi tentang Preorder Rekap Laporan 3Q/9M 2016, silakan klik di sini!
---
Informasi tentang Preorder Rekap Laporan 3Q/9M 2016, silakan klik di sini!
bgmn pndpt mang utk shm LPCK kedepan? harganya mkin hr mkin mnurun sj, posisi saat ini di 5275, undervalue mnurut sy dgn pbv <1. apakah layak dikoleksi atau mungkin avg down mang? utk long term invest. trm kasih.
BalasHapus