Syariahsaham.com, CIANJUR -- Beberapa waktu lalu, saya pernah berdiskusi dengan beberapa teman seprofesi di kantor. Mereka menanyakan kapan saya bisa sharing mengenai saham syariah di tempat kerja. Pertanyaan ini saya jawab dengan bertanya balik kepada mereka.
Pertanyaan saya sederhana dan singkat. "Jika ibu (kebetulan waktu itu berdiskusi dengan ibu-ibu) memiliki uang, katakanlah Rp 10 juta, berapa banyak jumlah uang yang "diikhlaskan" untuk hilang?"
Mayoritas jawaban
mereka adalah "tidak ingin kehilangan 1 persen pun dari modal awal."
Dari jawaban mereka itu saya menyatakan bahwa saham memiliki risiko yang
cukup tinggi.
Saham, dalam hal ini saham syariah, adalah instrumen yang membutuhkan toleransi risiko, baik untuk tujuan investasi maupun trading.
Saham, dalam hal ini saham syariah, adalah instrumen yang membutuhkan toleransi risiko, baik untuk tujuan investasi maupun trading.
Artinya, jika sedari awal kita belum siap untuk menghadapi
risiko maka alangkah bijaknya jika kita tidak memaksakan diri untuk
tetap berinvestasi dalam instrumen investasi yang memiliki indikasi high risk, high return.
Sebagaimana
diketahui, setelah kita memahami pengertian dan tujuan dari investasi,
langkah selanjutnya adalah mengenali profil risiko (risk profile) investasi masing-masing.
Mengutip Investopedia.com, risk profile
adalah sebuah penilaian terhadap kerelaan seorang individu atau sebuah
organisasi dalam mengambil suatu risiko juga ancaman yang bisa
menghambat suatu organisasi. Profil risiko sangat penting untuk
menentukan alokasi asset investasi yang cocok untuk sebuah portofolio.
Secara umum, profil risiko yang populer terbagi menjadi tiga tipikal: konservatif, moderat dan agresif.
Pertama, Konservatif adalah tipe yang paling menghindari risiko di antara yang lain. Investor konservatif sangat konsen dengan asset security
(keamanan asset). Imbasnya, investor jenis ini mengharapkan modal
investasinya tidak mengalami penurunan meskipun diimbangi dengan imbal return-nya yang rendah.
Profil
risiko ini biasanya cocok bagi para pemula yang masih belum memahami
betul produk investasi atau investor yang sudah masuk usia lanjut.
Instrumen investasi yang relevan dengan tipe ini antara lain emas,
deposito syariah, dan reksadana pasar uang syariah.
Kedua, Moderat
merupakan tipe yang berada di pertengahan antara tipikal konservatif
dan agresif. Investor yang masuk kategori ini merelakan laju pertumbuhan
investasinya menurun dalam satu waktu, namun tetap berharap akan
bertambah lagi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Tipikal ini cocok
untuk para investor yang telah mempunyai pemahaman dan pengalaman
berinvestasi. Dari sisi usia, investor jenis ini mayoritas diisi oleh
orang-orang yang memiliki usia produktif. Instrumen investasi yang
sesuai dengan tipikal ini adalah sukuk atau Surat Berharga Syariah
Negara ( SBSN ), reksadana pendapatan tetap syariah dan reksadana
campuran syariah.
Ketiga,Agresif adalah
tipe paling berani dalam merelakan penurunan aset investasinya. Bagi
tipe ini, penurunan nilai aset yang besar tidak menjadi halangan dalam
berinvestasi karena memiliki harapan serta optimisme akan mendapatkan
pertumbuhan yang lebih tinggi.
Tipe ini biasanya diisi oleh investor
yang berusia lebih muda dari kedua tipe sebelumnya karena belum memiliki
banyak tanggungan hidup sehingga lebih berorientasi mengumpulkan profit
sebesar-besarnya. Instrumen yang sesuai dengan tipikal ini adalah
reksadana saham syariah dan saham syariah.
Dari paparan di atas,
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan profil risiko
seseorang ketika memilih instrumen investasi antara lain faktor usia, tujuan investasi, jangka waktu investasi, pengetahuan tentang investasi dan pengalaman berinvestasi.
Sebagai
calon investor, kita tidak perlu bingung dalam menentukan profil risiko
masing-masing. Setiap sekuritas atau broker akan menyediakan kuesioner
profil risiko bagi setiap calon nasabahnya.
Calon nasabah tinggal
mengisi angket yang disediakan sesuai dengan kondisi riil masing-masing.
Setelah diisi, biasanya akan ada semacam skala penilaian yang
menentukan profil risiko kita termasuk jenis yang mana.
Jadi, sebelum melangkah lebih lanjut ke analisis tentang saham syariah, sudahkah kita mengenali profil risiko masing-masing? Boleh jadi kita memang tidak cocok menjadi seorang investor atau trader saham. Mengapa? Karena investasi saham belum tentu cocok untuk semua orang. Our risk is our investment!
Sumber: IPOTNews
0 Response to " Saham (Belum) Tentu Cocok untuk Semua Orang "
Posting Komentar