Syariahsaham.com, CIANJUR -- oleh: Evan K. Insani (COO Syariahsaham.com).
Sharing kali ini karena kebetulan saya baru mulai baca buku The Disciplined Trader by Mark Douglas; salah satu buku bagus yang membahas tentang psikologi trading.
Ada 9 poin yang dibahas oleh Douglas tentang Skills to be Acquired for Thinking Methodology in Market; skill apa yang dibutuhkan untuk melatih psikologi di market.
1. Learning the dynamics of goal achievement so you can stay positively focused on what you want—not what you fear.Pahami apa tujuan kita di market dan pastikan itu untuk terus berkembang. Misalkan awalnya kita ingin dalam 3 bulan pertama punya pertumbuhan equity setara dengan IHSG.
Lalu 3 bulan berikutnya naikkan target menjadi paling tidak di atas IHSG, lalu selanjutnya naikkan paling tidak 2x IHSG, dan seterusnya.
Dengan ini kita akan berusaha untuk tetap fokus dan being positive terhadap apa yang sebenarnya kita inginkan di market.
Dengan ini kita akan berusaha untuk tetap fokus dan being positive terhadap apa yang sebenarnya kita inginkan di market.
2. Learning how to recognize the skills you need to progress as a trader and then stay focused on the development of those skills, instead of the money, which is merely a by-product of your skills.Belajar untuk mengenali skill yang dibutuhkan untuk menjadi investor/trader dan fokus dalam mempelajarinya. Skill yang dibutuhkan tentu didefinisikan dari apa yang menjadi tujuan kita sebelumnya di poin 1.
Cari tahu apakah skill tersebut memang sejalan dengan apa yang menjadi goal kita. Jangan mudah terpancing dengan skill-skill lainnya yang mungkin saja sebenarnya tidak sejalan dengan apa yang sebenarnya kita inginkan.
3. Learning how to adapt yourself to respond to fundamental changes in market conditions more readily.Belajar untuk beradaptasi dan menghadapi perubahan yang terjadi di market. Karena pada praktiknya, sangat sering perilaku market tidak sesuai dengan apa yang kita prediksi apalagi dengan apa yang kita harapkan.
3. Learning how to adapt yourself to respond to fundamental changes in market conditions more readily.Belajar untuk beradaptasi dan menghadapi perubahan yang terjadi di market. Karena pada praktiknya, sangat sering perilaku market tidak sesuai dengan apa yang kita prediksi apalagi dengan apa yang kita harapkan.
Memastikan pola pikir siap menghadapi berbagai situasi itu penting, dan perlahan-lahan menghilangkan perasaan ‘berharap’ pada market. Lakukan apa yang bisa dilakukan sesuai dengan kondisi yang ada, tak perlu berharap.
4. Identifying the amount of risk you are comfortable with —your " risk comfort level" —and then learn how to expand it in a way that is consistent with your ability to maintain an objective perspective of market activity.Kenali besaran risiko yang dirasa nyaman untuk kita. Lalu pelan-pelan belajar untuk meningkatkan level risiko tersebut dengan konsisten menyesuaikan peningkatan goal pada poin 1. Dengan demikian kita akan terus bertumbuh.
Misalkan sebelumnya kita set risk-per-trade (RPT) sebesar 0.2% equity/modal (sebut saja 0.2), dan merasa sudah nyaman dengan itu. Selanjutnya coba tingkatkan jadi 0.3, karena dengan bertambahnya resiko maka potensi besaran profit juga bertambah.
4. Identifying the amount of risk you are comfortable with —your " risk comfort level" —and then learn how to expand it in a way that is consistent with your ability to maintain an objective perspective of market activity.Kenali besaran risiko yang dirasa nyaman untuk kita. Lalu pelan-pelan belajar untuk meningkatkan level risiko tersebut dengan konsisten menyesuaikan peningkatan goal pada poin 1. Dengan demikian kita akan terus bertumbuh.
Misalkan sebelumnya kita set risk-per-trade (RPT) sebesar 0.2% equity/modal (sebut saja 0.2), dan merasa sudah nyaman dengan itu. Selanjutnya coba tingkatkan jadi 0.3, karena dengan bertambahnya resiko maka potensi besaran profit juga bertambah.
Awalnya pasti takut-takut, namun sesuai poin 1 belajarlah untuk menjadi objektif. Karena misalkan maksimum risiko yang kita bisa tanggung sebulan adalah 3%, dengan 0.2 RPT, maka jumlah trade maksimal adalah 15, maka dengan 0.3 RPT kita mengurangi jumlah trade menjadi 10; jadi pada dasarnya maksimal risiko yang diterima sama, hanya jumlah trade saja yang mesti lebih sedikit dan efektif.
PS: Pembahasan hitung-hitungan ini mungkin banyak yang belum paham, bisa ditanyakan atau disimpan saja dulu.
5. Learning how to execute your trades immediately upon your perception of an opportunity. Belajar untuk melakukan eksekusi segera setelah melakukan analisis/penilai tentang suatu trade. Kebanyakan kita sudah melakukan analisis ragu-ragu, lalu melihat kiri-kanan. Akibatnya muncul kembali pengaruh subjektif yang cenderung membuat kita ragu dalam mengambil keputusan.
6. Learning how to let the market tell you how much is enough, instead of assessing the potential from your personal value system of how much is enough.Belajar perlahan untuk ‘membiarkan’ market yang menentukan kapan baiknya kita keluar dari suatu posisi, ketimbang selalu melakukan prediksi terhadap market.
7. Learning how to structure your beliefs to control your perception of market movement.Belajar untuk melatih keyakinan diri untuk mengendalikan persepsi kita dalam mengamati pergerakan pasar. Pahami bahwasanya pergerakan pasar ‘tak bisa dikontrol’.
8. Learning how to achieve and maintain a state of objectivity.Selalu berusaha untuk objektif, hindari keputusan yang bersifat impulsif dan emosional serta tanpa alasan yang berdasar.
9. Learning how to recognize " true" intuitive information and then learning how to act on it consistently.Belajar untuk mengenali mana informasi yang benar dan cara untuk menindaklanjuti nya secara objektif dan konsisten.
PS: Pembahasan hitung-hitungan ini mungkin banyak yang belum paham, bisa ditanyakan atau disimpan saja dulu.
5. Learning how to execute your trades immediately upon your perception of an opportunity. Belajar untuk melakukan eksekusi segera setelah melakukan analisis/penilai tentang suatu trade. Kebanyakan kita sudah melakukan analisis ragu-ragu, lalu melihat kiri-kanan. Akibatnya muncul kembali pengaruh subjektif yang cenderung membuat kita ragu dalam mengambil keputusan.
6. Learning how to let the market tell you how much is enough, instead of assessing the potential from your personal value system of how much is enough.Belajar perlahan untuk ‘membiarkan’ market yang menentukan kapan baiknya kita keluar dari suatu posisi, ketimbang selalu melakukan prediksi terhadap market.
7. Learning how to structure your beliefs to control your perception of market movement.Belajar untuk melatih keyakinan diri untuk mengendalikan persepsi kita dalam mengamati pergerakan pasar. Pahami bahwasanya pergerakan pasar ‘tak bisa dikontrol’.
8. Learning how to achieve and maintain a state of objectivity.Selalu berusaha untuk objektif, hindari keputusan yang bersifat impulsif dan emosional serta tanpa alasan yang berdasar.
9. Learning how to recognize " true" intuitive information and then learning how to act on it consistently.Belajar untuk mengenali mana informasi yang benar dan cara untuk menindaklanjuti nya secara objektif dan konsisten.
Ada statement yang menarik masih dari buku tersebut,
"Believing that trading is easy is the reason for the unrealistic expectations. And they are probably the single biggest reason why most traders never make it beyond the initial levels of development before they lose all their money.
Starting out believing that trading is easy is a psychological trap that entices almost all traders."
-The Disciplined Trader, M.Douglas, p39
Ini maksudnya lebih kepada bahwa banyak pemula mungkin seolah 'underestimate' market. Merasa mampu dan sanggup memprediksi pasar sesuai dengan keinginan.
"So what happens when we don't live up to our own expectations? —especially, when most everyone starts their trading career thinking it's a piece of cake and that they're only moments away from fulfilling their financial dreams? Regardless of how long it may take any individual to admit that he's not making it, the experience is painful and invariably generates feelings of inadequacy, guilt, and even shame. When one fails, especially when the expectations for success are so high, it will create three major psychological obstacles that have to be overcome before any measure of success will be realized.
First, you will need to learn how to release yourself from any feelings of inadequacy, guilt, or shame.
Second, you will need to learn how to identify and repair the residual psychological damage caused by the emotionally painful experiences because painful experiences have the potential to generate fear.
Finally, you will need to undo any inappropriate trading habits and learn the appropriate skills that will help you eventually to accumulate the wealth you desire from trading."
-The Disciplined Trader, M.Douglas, p41
Jadi bagaimana jika sudah menyadari ternyata apa yang dipikir 'mudah' sebelumnya tidak sesuai dengan kenyataan? Terutama setelah mengalami kegagalan yang sebenarnya sulit diterima akibat tingginya harapan atw karena pola pikir yang keliru ttg market
- Ikhlas terhadap apa yang sudah terjadi, jangan berlarut dalam perasaan 'saya tidak kompeten', bersalah, ataupun malu. Ambil pelajaran dan hikmahnya.
- Belajar untuk mencari tahu kesalahan dan memperbaiki mental yang diakibatkan kegagalan tadi. Karena kegagalan dapat menyebabkan trauma yang berakhir dengan paranoia yang jelas tidak objektif.
- Setelah mengetahui kesalahan-kesalahan sebelumnya, maka pastikan semuanya itu tidak terulang kembali, dan pahami skill/ilmu yang tepat untuk mencapai apa yang diinginkan.
Alhamdulillah, sekian dulu sharing psikologi trading kali ini.
0 Response to " 9 Skill Penting Untuk Latihan Psikologi Trading "
Posting Komentar